Aku juga suka malam, sama sepertimu....
Saat malam tiba, kenangan saat kita tertawa bersama satu per satu ku ingat. Sahabat, tahukah kamu setiap tawa yang kau tampakkan, hati ini menjadi tenang. Seperti saat malam datang disetiap waktunya. Persahabatan ini bukanlah sekedar pertemanan yang lebih erat didunia, tapi kalian yang akan menemaniku bermain di akhirat kelak. Tapi sekarang imanku sedang rapuh, hatiku sedang futur, yang mengakibatkan kepercayaan kalian sejenak hilang. Ya Rabb maafkan dosa hamba, yang telah membuat sahabat hamba menangis, sampai - sampai menghilang dari semuanya. Wahai sahabat, aku rindu engkau. Engkau yang selalu menampung segala jerit hati ini, engkau yang selalu mempercayai aku, namun aku mengecewakanmu. Sekarang malam menjadi hening, malam tak lagi tenang, malam hanya gelap yang akan berganti pagi. Mungkin kamu butuh waktu untuk sendiri, maafkanlah sahabatmu ini..... Akan kuterima kesendirian ini, hari - hari tanpamu sahabat. Kembalilah segera, buat tawa kita seperti kemarin.
Minggu, 06 Juli 2014
Kamis, 17 April 2014
Fase yang Menjadi Memory
"Detik - detik untuk menuju ke fase selanjutnya akan dimulai, itu berarti akan ada kenangan yang datang seiring fase baru itu dimulai"
Berapa manusia yang sudah aku temui selama fase ini berjalan? Berapa banyak likuan yang telah aku lewati hingga aku tiba sampai titik ini? Sebesar apakah angin yang telah membawaku masuk kedalam hidup yang sempurna ini?
Setapak demi setapak hari yang aku lalui dalam fase ini bersama berbagai karakter manusia. Bahkan terkadang kehidupanku menjadi terbagi menjadi beberapa lapis dalam satu fase ini. Hampir tiga tahun aku hidup seperti ini bersama mereka. Orang - orang sempurna yang belum pernah aku temui sebelumnya. Bahkan aku tidak yakin mereka manusia ataukah malaikat yang menjelma menjadi manusia.
Kenangan itu bukan hanya pada mereka yang kutemui karena kesempurnaannya. Seiring dengan mereka yang selalu kulihat dengan kesempurnaannya, aku juga bertemu orang yang tidak terlihat sempurna namun pada akhirnya perlahan dia menjadi berlian. Dan ceritaku berawal pada mereka yang sempurna.
Selalu tertawa, tersenyum, dan berkata "aku nggak papa" kepadaku disaat badai sedang menerjang hidup mereka. Awalnya aku nggak tahu, hidup mereka sesulit ini. Maka dari itu tanpa disadari aku menambah beban mereka. Selalu bertingkah selayaknya hidup adalah sebuah drama didepan mereka. Membawa candaan yang berakhir melukai mereka. Berapa badai yang aku buat kepada mereka sudah tak terhitung lagi.
Ceritaku dengan tiga anak manusia yang berkembang menjadi banyak manusia. Sepertinya arus kuroshiwa di Jepang tak pernah membawaku bertemu dengan mereka. Ya..ini adalah takdir yang membawaku bertemu mereka. Aku menamai kita FAND, nama yang mereka belum tahu dan entah mereka akan tahu atau tidak. Mungkin ini hanya khayalanku saja tentang PERSAHABATAN kita. Dan menurutku kata yang tepat untuk kita adalah KELUARGA. Kata SAHABAT terlalu berat untuk kita sandang. Karena kita saling menyayangi, membutuhkan, melengkapi, namun tidak bisa memiliki dalam satu hal. Bisa dikatakan itu sebuah "perasaan". Bahkan kata "ya" dan "tidak" pun sulit untuk diucapkan ketika kita sedang membahas tentang "rasa".
Aku nggak tahu apakah kesalahpahamanku dengan salah satu dari mereka akan selesai dengan jernih atau tidak. Dan aku juga tidak tahu dua sahabatku yang lain bisa menyelesaikan kesalahpahaman mereka atau tidak, lebih tepatnya tentang perasaan mereka. Semuanya menjadi misteri untuk hari ini, dan menjadi kejutan untuk masa depan. Yang kita tahu sekarang hanyalah menjalani sebuah proses dan memperjuangkan proses itu samapi pada finalnya.
Terkadang aku bahagia karena mereka sempurna, namun terkadang aku merasa hanya menjadi lumut dikehidupan mereka. Mereka yang selalu menyelesaikan setiap kerikil didalam hidupku, namun sekalipun aku belum pernah membersihkan debu dihidup mereka. Aku menjadi beban yang tersirat untuk mereka, walaupun mereka tak pernah mengatakannya, mata mereka beribcara. Maaf yang selalu aku katakan, tak pernah cukup untuk menghapus kesalahanku kepada mereka. Dan sesekali aku bertanya, apakah mereka pernah menganggapku, seperti aku menganggap mereka?. Sebenarnya pertanyaan ini tak layak aku pertanyakan atas segala kesalahanku kepada mereka.
Hidup mereka yang jauh penuh dengan batu dan karang yang terjal, namun terlihat seperti jalan tol yang bebas tanpa hambatan. Mereka tutup dengan tawa, mereka hapus dengan canda, dan mereka alihkan dengan doa. Ingin rasanya aku peluk mereka dan berkata aku akan selalu membantu. Namun itu semua takkan terjadi, karena hidup kita tak semudah itu.
dan ini belum selesai...
Berapa manusia yang sudah aku temui selama fase ini berjalan? Berapa banyak likuan yang telah aku lewati hingga aku tiba sampai titik ini? Sebesar apakah angin yang telah membawaku masuk kedalam hidup yang sempurna ini?
Setapak demi setapak hari yang aku lalui dalam fase ini bersama berbagai karakter manusia. Bahkan terkadang kehidupanku menjadi terbagi menjadi beberapa lapis dalam satu fase ini. Hampir tiga tahun aku hidup seperti ini bersama mereka. Orang - orang sempurna yang belum pernah aku temui sebelumnya. Bahkan aku tidak yakin mereka manusia ataukah malaikat yang menjelma menjadi manusia.
Kenangan itu bukan hanya pada mereka yang kutemui karena kesempurnaannya. Seiring dengan mereka yang selalu kulihat dengan kesempurnaannya, aku juga bertemu orang yang tidak terlihat sempurna namun pada akhirnya perlahan dia menjadi berlian. Dan ceritaku berawal pada mereka yang sempurna.
Selalu tertawa, tersenyum, dan berkata "aku nggak papa" kepadaku disaat badai sedang menerjang hidup mereka. Awalnya aku nggak tahu, hidup mereka sesulit ini. Maka dari itu tanpa disadari aku menambah beban mereka. Selalu bertingkah selayaknya hidup adalah sebuah drama didepan mereka. Membawa candaan yang berakhir melukai mereka. Berapa badai yang aku buat kepada mereka sudah tak terhitung lagi.
Ceritaku dengan tiga anak manusia yang berkembang menjadi banyak manusia. Sepertinya arus kuroshiwa di Jepang tak pernah membawaku bertemu dengan mereka. Ya..ini adalah takdir yang membawaku bertemu mereka. Aku menamai kita FAND, nama yang mereka belum tahu dan entah mereka akan tahu atau tidak. Mungkin ini hanya khayalanku saja tentang PERSAHABATAN kita. Dan menurutku kata yang tepat untuk kita adalah KELUARGA. Kata SAHABAT terlalu berat untuk kita sandang. Karena kita saling menyayangi, membutuhkan, melengkapi, namun tidak bisa memiliki dalam satu hal. Bisa dikatakan itu sebuah "perasaan". Bahkan kata "ya" dan "tidak" pun sulit untuk diucapkan ketika kita sedang membahas tentang "rasa".
Aku nggak tahu apakah kesalahpahamanku dengan salah satu dari mereka akan selesai dengan jernih atau tidak. Dan aku juga tidak tahu dua sahabatku yang lain bisa menyelesaikan kesalahpahaman mereka atau tidak, lebih tepatnya tentang perasaan mereka. Semuanya menjadi misteri untuk hari ini, dan menjadi kejutan untuk masa depan. Yang kita tahu sekarang hanyalah menjalani sebuah proses dan memperjuangkan proses itu samapi pada finalnya.
Terkadang aku bahagia karena mereka sempurna, namun terkadang aku merasa hanya menjadi lumut dikehidupan mereka. Mereka yang selalu menyelesaikan setiap kerikil didalam hidupku, namun sekalipun aku belum pernah membersihkan debu dihidup mereka. Aku menjadi beban yang tersirat untuk mereka, walaupun mereka tak pernah mengatakannya, mata mereka beribcara. Maaf yang selalu aku katakan, tak pernah cukup untuk menghapus kesalahanku kepada mereka. Dan sesekali aku bertanya, apakah mereka pernah menganggapku, seperti aku menganggap mereka?. Sebenarnya pertanyaan ini tak layak aku pertanyakan atas segala kesalahanku kepada mereka.
Hidup mereka yang jauh penuh dengan batu dan karang yang terjal, namun terlihat seperti jalan tol yang bebas tanpa hambatan. Mereka tutup dengan tawa, mereka hapus dengan canda, dan mereka alihkan dengan doa. Ingin rasanya aku peluk mereka dan berkata aku akan selalu membantu. Namun itu semua takkan terjadi, karena hidup kita tak semudah itu.
dan ini belum selesai...
Langganan:
Postingan (Atom)